Jumat, 25 Juli 2008

Penjelasan Lafadz "Kullu"

Pembahasan bid'ah merupakan satu pembahasan yang telah lama diperbincangkan oleh para Ulama, termasuk salah satunya Imam Asy-Syafiie. Adapun pembahasan daripadanya itu, adalah berputar terhadap masalah kefahaman kata "kullu" yang sering sekali disalah artikan sebagai satu yang "aam" (umum) tanpa adanya "takhsis" (kekhususan)didalamnya. InsyaAllah Bayaan atas perkara ini akan dibincangkan,,,,,

Telah pula umum, bahwa Al-Qur'an adalah satu sumber hukum yang absolut dari Allah SWT, dan didalamnya tersimpan begitu banyak rahasia yang tidak akan mungkin bisa dicerna oleh sesiapa saja tanpa adanya Ulama yang jujur dalam menaql ilmunya. Berikut akan kita lihat bagaimana Al-Qur'an menyandarkan dan memahamkan kata "kullu" pada lafadznya,,


تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا

bermaksud : "Angin taufan itu telah menghancurkan segala sesuatu atas perintah Tuhannya"َ

"kata كل dalam ayat tersebut bermakna 'aam (umum), namun tidak seperti kefahaman yang anda berikan, kata كل disini bermakna semua namun ada kekhususan, karena ketika itu Nabi Hud dan para pengikutnya tidak hancur, bumi, langit tidak pula ikut hancur dll lagi tidak juga hancur.

Kemudian makna كل, dalam Al-Qur'an An-Naml :23

إِنِّي وَجَدتُّ ٱمْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

Lihat untuk kalimat :

وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ

bermakna :
"Ratu Balqis itu telah diberikan semua (segala sesuatu)"

Bila kita lihat makna kata كل tidaklah ia mutlak akan keumumannya, karena Ratu Balqis itu tidaklah diberi singgasana dan kekuasaan seperti yang telah diberikan kepada Nabi Sulaiman alaihissalam

berikut juga apa yang tertera dalam surat Al-an'Am : 44

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ


bermakna : "Tatkala mereka telah melupakan peringatanKU, maka Aku bukakan untuk mereka pintu segala sesuatu"

Dalam ayat ini juga terdapat dalil 'aam dari keumuman كل namun keumuman tersebut tidak terpakai karena jelas Allah SWT tentu tidak akan membukakan pintu rahmat untuk orang-orang yang melupakan peringatanNya

Baik, untuk menambah kuatnya keyaqinan atas perkara ini, kita akan lihat bagaimana tanggapan ulama muktabar akan maksud dalil 'aam ini digunakan :

Pendapat ini telah dikeluarkan oleh Al-Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim sebagai berikut :

"Adapun Hadist Nabi SAW : "Setiap bid'ah itu sesat" adalah hadist yang 'am makshsush (umum tapi dikhususkan). Yang dimaksud sesat disitu adalah kebanyakan bid'ah. Para Ahli bahasa berkata :"Bid'ah adalah segala sesuatu yang dikerjakan dengan tanpa ada contoh yang mendahuluinya. Para ulama berkata, bid'ah itu ada lima macam : wajib, mandub, haram, makruh dan mubah. Termasuk bid'ah yang wajib adalah menyusun dalil-dalil ulama mutakallimin untuk menolak mereka yang melakukan penyimpangan akidah dan para pelaku bid'ah serta yang seumpamanya. Termasuk bid'ah yang mandub adalah menyusun kitab-kitab ilmu, membangun madrasah, dan tempat-tempat pengajian serta yang lainnya. Termasuk ia bid'ah yang mubah adalah memperbanyak warna-warna, makanan dan lainnya. SEdangkan bid'ah yang haram dan makruh sudah jelas.

Masalah ini telah aku jelaskan dengan dalil-dalilnya yang luas dalam kitab "Tahziibul Asma' was-Shifat". Apabila dimengerti apa yang telah aku sebutkan itu niscaya diketahuilah bahwa hadist Nabi itu termasuk hadist yang 'am makshush dan begitu juga hadist-hadist yang serupa dengannya. Apa yang kami katakan ini diperkuat oleh pernyataan Umar bin al-Khattab ra dalam hal sholat Tarawih : "Dia adalah sebaik-baik bid'ah". Dan keadaan hadist itu sebagai hadist yang 'am makhsush tidaklah tercegah oleh sabda Nabi "kullu bid'atin" yang diperkuat dengan kata "kullu" melaiankan tetap dia itu dimasuki oleh takhsis walaupun bersama "kullu" seperti firman Allah : "Tudammiru kulla syai'in yang berarti "Angin taufan itu menghancurkan segala sesuatu" (dimana pada ayat ini walaupun ada kullu yang menunjuk makna umum tapi tetap dimasuki oleh takhsish karena yang dihancurkan oleh angin taufan itu memang bukan segala sesuatu. Terbukti langit, bumi dan gunung-gunung tidak ikut hancur)".(Syarah Muslim Jilid VI pada halaman 154)


Telah berkata Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah dalm Syarh Assuyuthiy sebagai berikut :

"Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw).(Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189)


Telah berkata pula Al Imam Al-Hadidy dalam Syarah Nahjul Balaghah, sebagai berikut :

"Lafadz bid'ah itu dipakai untuk dua pengertian : 1. Sesuatu yang bertentangan dengan AlQur'an dan sunnah seperti puasa hari raya nahar dan pada hari-hari tasyriq. Perbuatan tersebut walaupun berbentuk puasa akan tetapi ia terlarang dilakukan. 2. Sesuatu yang tidak ada keterangan nash padanya melainkan didiamkan oleh syara'. lalu dilakukan oleh kaum muslimin sesudah wafatnya Rosulullah SAW. Dan apa yang diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa :"setiap bid'ah itu sesat dan setiap yang sesat itu dineraka" adalah dimaksudkan untuk bid'ah yang sesuai dengan pengertian yang pertama".


Telah berkata pula Al-Imam Al-Khattabi' dalam Ma'aalimus Sunan IV/301 :

"Adapun Sabda Nabi SAW : "Setiap yang baru itu bid'ah", adalah khusus pada sebagian perkara dan tidak pada sebagian yang lain. Bid'ah itu sendiri adalah segala sesuatu yang diada-adakan dengan tanpa sumber dari agama dan juga tanpa timbangan dan Qiyas darinya. Adapun sebagian perkara baru yang didasarkan kepada qoidah-qoidah ushul dan dapat dikembalikan kepadanya, maka tidaklah ia termasuk bid'ah yang sesat.

0 komentar:

Posting Komentar